Kata kata Galau Sedih
Aku yakin kelak tiap dari kita akan bahagia, meski pada masing-masing jalannya
Ku tahu manismu tak bisa menerima, tapi kau harus tetap bijaksana, karena karma benar adanya
Kau berhasil mengenalkanku dengan hal baru yang disebut rindu lewat tatapan yang aku sebut pertemuan
Jangan pernah kau mengharapkan awan mendung yang sejuk dan teduh tanpa adanya hujan
Cintamu terlambat datang, hingga akhirnya tanah gersang tak lagi merindu hujan
Bagai raja tak bermahkota, bagai laut tak beriak dan bagai bumi tak bernafas, tanpamu aku tumbang
Aku malu pada cangkir tadi pagi, yang tertawa melihatku, mengecup sembunyi-sembunyi
Menatap parasmu merupakan canduku, senyumu merupakan penyemangat bagiku, namun cintamu hanyalah angan-anganku
Sampai fajar bangun nanti, aku akan tetap menjaga agar fajar tidak mengatakan selamat pagi lebih dulu padamu
Apakah aku terlampau lama membaca peta yang hatimu berikan? Hingga saat ku temukan, yang tersisa hanya bekas perjuangan dan kenangan usang
Wajahmu bisa saja ku ingat di atas sehelai kanvas, namun cintamu yang terasa sangat hangat tak lagi terlintas
Aku tak pernah menghapus kenangan, yang ku lakukan hanya berusaha terbiasa tanpamu dan menahan tragis
Aku lebih memilih duduk disini, di sebatang pohon rindang. Karena aku tau masa lalu berada di tempat lain
Helaan nafas ini memikirkanmu, arah pandang ini menatapmu, jadikan aku wanitamu walau aku bukan yang terbaik untukmu
Terimalah aku dimuka pintumu, bersama sebungkus rindu yang masih hangat untuk kau nikmati dalam dekapku
Seperti kenangan yang sengaja dilupakan, semakin engkau berbahagia, semakin aku menjadi debu
Aku butuh waktu untuk melupakanmu, tapi kamu buth dia untuk melupakanku
Hangat genggaman tanganmu masih terasa dalam benakku, lembutnya kulitmu masih terasa dalam indraku. Namun mengapa indah hatimu tak bisa ku rasa lagi dalam jiwaku
Bagai menggenggam mawar merah, walaupun darahku menetes karena durinya namun kelopak merahnya mempunyai haru yang mengingatkanku padamu
Apa kamu ingat rasa manis dicangkir itu? Bukan karena gulanya, tapi karena kita tersenyum di atas sepasang kopi dan di bawah gemuruh rintik hujan
Aku meminta untuk tinggal bersama segenap rasaku yang tak pernah berubah sejak dulu, namun mengapa hanya bayangmu saja yang tersisa untukmu
Seperti hujan, aku akan terus berlaru menghampirimu walau setiap hentakan kakimu terus berlari menghindariku
Biarkan aku tenggelam dalam rindu yang tertuntaskan, dan air mata yang jatuh kemudian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar